1. Pengertian Puisi
Pengertian puisi adalah tulisan yang disusun sedemikian rupa
menggunakan susunan kata estetis dan dapat menghasilkan makna multi tafsir yang
menggugah dan menggerakan hati pembacanya dalam bentuk pesan, amanat atau
pembentuk suasana hati semata.
Pengertian diatas diperkuat oleh pendapat Kosasih (2012: 97),
yang menyatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan
kata-kata indah dan kaya akan makna.
Keindahan pada puisi diraih dengan menyusun tipografi,
pemilihan kata (diksi) dan penggunaan gaya bahasa seperti majas, rima dan
irama. Kekayaan makna sendiri tercipta melalui unsur-unsur pembentuknya yang
dapat memancarkan pesan seperti amanat dan gagasan penggugah.
Pengertian Puisi secara Etimologis
Secara etimologis, puisi berasal dari kata poites
(bahasa Yunani), yang artinya membangun, pembuat, atau pembentuk. Sementara
itu, dalam bahasa latin istilah ini muncul dari kata poeta, yang
bermakna membangun, menimbulkan, menyebabkan, dan menyair.
Selanjutnya, kata tersebut mengalami penyempitan makna
menjadi hasil karya seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat,
prinsip atau aturan tertentu dengan menggunakan rima, irama, sajak dan
kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980: 10).
2. Pengertian Puisi Menurut Para Ahli
Herman J. Waluyo
Waluyo (2002:1), berkata bahwa puisi adalah karya sastra
dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang
padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Watt-Dunton
Watt-Dunton berpendapat bahwa puisi adalah ekpresi kongkret
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan
berirama. (Watt-Dunton dalam Situmorang, 1980).
Aisyah
Puisi merupakan hasil penafsiran penyair terhadap kehidupan
(Aisyah, 2007:2).
Suroto
Suroto (1989: 40) berpendapat bahwa secara bebas dapat
dikatakan bahwa puisi adalah karangan yang singkat, padat, pekat.
Pradopo
Pradopo (1995) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dan
interpretasi dari berbagai pengalaman manusia yang penting, digubah dalam
bentuk atau wujud yang paling berkesan.
Herbert Spencer
Puisi adalah salah satu bentuk pengungkapan gagasan yang
bersifat emosional dengan mempertimbangkan keindahan dan efek estetis lainnya.
Dunton
Puisi adalah pemikiran manusia secara konkret namun artistik
dalam bahasa yang berirama atau berima seperti musik.
Samuel Taylor Coleridge
Coleridge berpendapat bahwa puisi adalah kata-kata terindah
dalam susunan yang terindah pula.
3. Unsur Unsur Puisi (Struktur Puisi)
Pengertian puisi juga harus dipahami melalui unsur-unsur
pembentuk yang menjadikan suatu karya menjadi puisi. Secara garis besar,
unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur
batin (Kosasih, 2012: 97; Waluyo, 1987: 106) . Dibawah ini adalah penjabaran
dari masing-masing unsur tersebut.
3.1. Unsur Fisik
Unsur fisik berarti berbagai pembentuk suatu tema dalam
bentuk yang tampak langsung seperti kata konkrit, diksi (pemilihan kata), gaya
bahasa, imaji (pengimajinasian), dsb. Unsur-unsur fisik tersebut akan
dijabarkan pada penjelasan dibawah ini:
3.1.1. Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata dalam puisi merupakan hasil pertimbangan dan pemilihan
penulisnya, baik itu secara makna, susunan bunyi, atau hubungan antar kata
dalam setiap baris dan baitnya. Biasanya puisi akan menggunakan kata konotasi
(bermakna tidak sebenarnya) dan kata berlambang atau kata yang mewakili makna
lain.
3.1.2. Imaji (Pengimajinasian)
Imaji adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
suasana, perasaan atau bentuk imajinasi lainnya berupa imajinasi berbagai
indera manusia seperti pendengaran, pengelihatan, hingga ke sentuhan.
3.1.3. Kata konkret
Yang dimaksud kata konkret adalah kata yang mewakili sebuah
makna wujud, fisik; benar-benar mewakili sesuatu yang wujudnya nyata dan sudah
tidak abstrak atau tidak jelas. Boleh dibilang kata konkret adalah kebalikan
dari kata simbol, konotasi atau gaya bahasa lain yang tidak mewaikili objek
atau subjek yang sebenarnya.
3.1.4. Majas (Bahasa Figuratif)
Majas adalah susunan kata atau suatu kalimat yang dapat
memancarkan banyak makna sekaligus melalui gaya bahasa yang disampaikan secara
imajinatif dan kiasan dengan cara membandingkan, melebih-lebihkan, dsb.
Misalnya majas hiperbola berarti gaya bahasa yang
melebih-lebihkan, metafora adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain namun masuk akal, hingga personifikasi yang memanusiakan sesuatu yang
bukan manusia; nyiur melambai.
3.1.5. Versifikasi
Versifikasi adalah semua hal yang bersinggungan dengan bunyi
dalam setiap kata, baris dan bait puisi. Terdiri dari rima, ritma dan metrum. Rima
adalah pengulangan bunyi yang sama dari suatu bait puisi. Sementara Ritma
adalah susunan turun naiknya bunyi secara teratur dalam suatu baris. Kemudian, metrum
adalah satuan irama yang ditentukan oleh jumlah dan tekanan suku kata
dalam setiap baris puisi, lebih banyak huruf vokal “i” atau “u” dalam suatu
baris?
3.1.6. Tipografi
Tipografi adalah tata letak berbagai satuan bahasa dalam
puisi. Apakah puisi itu terdiri dari satu dua bait dengan rima yang sama, lalu
dua bait lagi berbeda. Kemudian satu bait itu terdiri dari berapa baris?
Bagaimana keterhubungan antar bait, dsb.
3.2. Unsur Batin
Sebaliknya dari unsur fisik, unsur batin adalah hal-hal yang
tidak tampak atau tak kasat mata, namun secara tidak langsung kehadirannya
dapat dirasakan. Unsur batin puisi meliputi: tema (sense), perasaan (feeling),
nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention)
(Waluyo, 1987: 106).
3.2.1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin dibawakan oleh penyair
dalam puisinya, berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam pengembangan
puisinya. Misalnya tema yang diangkat adalah cinta, maka keseluruhan pembentuk
puisinya akan dilandaskan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan cinta.
3.2.2. Perasaan (Ekspresi)
Puisi dapat mewakili ekspresi dan berbagai perasaan
penulisnya. Ekspresi itu dapat berupa rasa syukur, kerinduan, kegelisahan, atau
pernyataan kasih sayangnya terhadap seseorang, hingga kekaguman terhadap
keindahan alam.
3.2.3. Nada dan Suasana
Nada adalah skap tertentu yang dibuat oleh penyair terhadap
pembaca: apakah puisi bersifat menasehati, menyindir, atau hanya memberikan
suatu gagasan dan cerita tertentu. Sementara suasana adalah akibat yang
ditimbulkan dari sikap, ekspresi dan unsur lain dari puisi terhadap pembacanya.
3.2.4. Amanat
Merupakan makna berupa pesan atau gagasan keseluruhan yang
dapat disimpulkan atau ingin disampaikan oleh Penulisnya. Apakah Penyair
mengajak kita untuk berbuat suatu kebaikan, menanggapi suatu isyu sosial,
menjadi lebih kritis terhadap suatu masalah, dsb.
4. Jenis Jenis Puisi
Puisi dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis berdasarkan
dari bentuk umum dan perkembangannya menurut zaman. Berikut adalah
pengelompokan jenis-jenis puisi tersebut.
4.1. Puisi Lama (Klasik)
Puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh berbagai
ketentuan dan aturan. Misalnya jumlah baris puisi harus sama dan setiap bait
memiliki rima yang sama pula.
Contohnya
adalah:
- Pantun. Yaitu syair yang terdiri dari empat larik dengan persamaan asonansi atau rima ab-ab.
- Gurindam. Syair ini biasanya terdiri dari dua bait yang setiap baitnya terdiri dari dua baris dengan rima yang senada.
- Mantra. Ucapan-ucapan yang diperhatikan unsur estetisnya dan dipercaya memiliki kekuatan magis untuk memberikan dampak positif maupun negatif.
- Seloka. Seloka adalah pantun tradisional melayu yang berisikan pepatah.
- Talibun. Jenis ini adalah varian pantun yang memiliki persamaan asonansi atau rima abc-abc.
4.2. Puisi Baru (Bebas)
Puisi ini adalah bentuk baru atau modern yang tidak terikat
terhadap berbagai aturan atau ketentuan tertentu. Sehingga menghasilkan karya
yang jauh lebih dinamis dan lebih beragam dari bentuk-bentuk lamanya. Contohnya
sangat beragam dan sebetulnya lebih merujuk ke genre atau gaya tertentu saja.
Contoh
puisi baru misalnya:
1. Ode.
Merupakan sanjungan terhadap seseorang yang berjasa
2. Balada.
Berisikan cerita dan narasi mengenai peristiwa atau kisah tertentu.
3. Elegi.
Syair yang mengandung ratapan atau ungkapan kesedihan.
4. Satir.
Yaitu syair yang berupa sindiran yang disampaikan melalui ironi, parodi atau
sarkasme.
5. Romansa.
Merupakan syair yang meluapkan perasaan mendalam dengan cara dramatis, terutama
perihal cinta dan kasih sayang.
4.3. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer adalah puisi yang ingin lebih terbebas lagi
dari berbagai ikatan konvensional puisi itu sendiri seperti: tata ungkap klise,
nada-nada minor yang menjemukan dan kecarutmarutan tercampurnya budaya populer
dengan puisi.
Singkatnya, puisi ini lebih radikal dari puisi modern dan
ingin terbebas lagi dari berbagai limitasi-limitasi yang telah terbentuk oleh
pandangan masyarakat umum terhadap puisi.
Contohnya adalah berbagai puisi yang justru mengangkat imaji
yang tidak indah dan suasana tidak menyenangkan. Puisi kontemporer dapat memuat
imaji terminal kotor yang bau pesing dan dipenuhi oleh angkot-angkot kosong
yang kehilangan penumpangnya.
Contoh lainnya adalah puisi kredo, dimana penulisan puisi
dilandaskan terhadap kepercayaan dan prinsip yang diciptakan sendiri oleh
penyairnya sendiri. Contoh nyatanya adalah puisi mbeling yang di inisiasi oleh
Sutardji Calzoum Bachri.
Referensi
- Kosasih E. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya, 2012.
- Waluyo HJ. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia, 2002.
- Aisyah NL. Panduan Apresiasi Puisi dan Pembelajarannya. Bandung: Rumput Merah, 2007.
- Situmorang P. Puisi dan Metodelogi Pengajarannya. Flores NTT: Nusa Indah, 1987.
- Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia Untuk SMU. Jakarta: Erlangga, 1989.
NB: Article copied from: serupa.id/sastra-pengertian-sejarah-jenis-fungsi/